Pakar pendidikan Malaysia Tan Sri Dato Dzulkifli Abdul Razak mengakui, pendidikan di Malaysia dan Indonesia masih banyak mengadopsi pendidikan dari negara-negara barat.
Padahal, model pendidikan barat berbeda dengan pendidikan di Timur (Asia Tenggara-red) sehingga pendidikan yang diterapkan tidak memiliki ruh.
Hal itu disampaikannya dalam acara “Bilateral Academik Forum Malaysia-Indonesia, Transforming Higher Education for Sustainable Sociaty”, Sabtu (2/6) di Hotel Danau Toba Medan.
Kegiatan yang dibuka Rektor UMA Prof Dr H A Ya’kub Matondang itu, diselenggarakan Akademi Kepimpinan Pengajian Tinggi (AKEPT) Kementerian Pengajian Malaysia Albukhary International University Malaysia dan Universitas Medan Area (UMA).
Selain, Prof Dzulkifli tampil pembicara lainnya, praktisi pendidikan USU, Prof Dr OK Subhilhar MA dengan moderator Warjio SS MA, PhD.
Di hadapan puluhan mahasiswa dan praktisi pendidikan dari kedua negara tersebut, Prof Dzulkifli menilai, abad 21 ini perlu skenario baru dalam kerangka pendidikan yang sustainable atau berkelanjutan, agar pendidikan bermanfaat bagi masyarakat dan tetap lestari.
Menurut mantan Rektor USM Malaysia ini, dalam abad 21 sepatutnya kerangka pendidikan yang harus diubah dulu dengan pengkajian ketimuran. Namun diakui untuk mengubah sektor pendidikan, yang mengacu ketimuran tidak mudah, karena kerangka pendidikan yang ada saat ini sudah ditetapkan oleh lembaga tertentu.
Sementara itu, Prof Subhilhar mengatakan universitas atau lembaga pendidikan di Indonesia belum tampil sebagai riset universitas sehingga belum banyak melakukan perubahan.
Bahkan, mantan Dekan FISIP USU ini mengakui juga, pendidikan masih kehilangan ruh, karena Tridhama Perguruan Tinggi yang dijalankan setiap universitas masih berjalan sendiri-sendiri, tidak terpadu.
Dia juga mengkritisi, proses otonomi daerah (Otda) dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Dijelaskannya proses Otda mengisyaratkan bebas berkreativitas, termasuk pengelolaan universitas yang mandiri.
Kemandirian perlu agar setiap universitas mampu melakukan perubahan dalam menghasilkan SDM yang berkualitas. Transformasi perubahan itu tetap melibatkan semua sistem. Namun Prof Subhilhar mengakui kemandirian universitas, perlu didukung pemerintah kabupaten/kota dalam era Otda.
“Jadi, transformasi pendidikan yang berkesinambungan perlu didukung pemerintah kabupaten/kota agar universitas benar-benar care dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
Turut hadir Wakil Rektor I dan II, Drs Heri Kusmanto MA, dan Ir Hj Siti Mardiana MSi, Wakil Direkur III bidang kemahasiswaan, Muazzul SH MHum, Kabag Humas UMA, Ir Asmah Indrawaty MSi dan para rektor se-Kopertis Wilayah I Sumu t- Aceh. (harianandalas.com)