Para Dosen Universitas Medan Area (UMA) gelar kegiatan pengabdian masyarakat dengan mengolah abu menjadi Biobriket, bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di Desa Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Pembakaran pelepah kelapa sawit atau pun jenis lainnya jika penanganannya tidak dilakukan secara baik dan intensif, tentunya akan mengakibatkan dampak buruk terhadap lingkungan, seperti timbulnya gas beracun, menurunnya kualitas udara, penurunan kualitas air, kerusakan permukaan tanah, dan timbulnya penyakit.
Dari masalah tersebut para Dosen dan mahasiswa UMA tergerak melakukan pengabdian masyarakat di Desa Pegajahan Serdang Bedagai dengan menfaatkan pelepah kelapa sawit sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan menjadi Biobriket, sehingga tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan tetapi juga memiliki potensi untuk menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.
Biobriket adalah potongan batok arang dan sekam padi yang diproduksi menggunakan bahan halus yang dipadatkan.
Bagian-bagian yang sangat berpengaruh pada briket arang adalah ketebalan bahan atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, temperatur, kuat tekan, dan pengaturan pencampuran pengikat briket.
Biobriket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berasal dari biomassa sebangai pengganti energi yang berasal dari fosil.
Biasanya biobriket ini digunakan oleh pengusaha pengusaha dalam menjalankan usahanya di bidang kuliner sebagai bahan bakar dan dapat juga digunakan di dalam rumah tangga.
Untuk itu sangat memungkinkan ini bisa menjadi input baru bagi masyarakt Desa Pegajahan. Ketahanan biobriket ini lebih lama tiga kali lipat dari biobriket biasa.
Prospek ke depan dalam pembuatan briket batok kelapa dan sekam Padi ini cukup menjanjikan karena dilihat dari aspek teknologi ekonominya yang menguntungkan.
Banyaknya modal yang dibutuhkan untuk pembuatan briket dengan basis 1 kg batok kelapa dan sekam padi kering adalah
sebesar Rp. 7500, sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh setelah menjualnya adalah Rp. 12000.
Tentu hal ini akan sangat membantu masyarakat di pedesaan dalam pemenuhan bahan bakarnya. Briket batok kelapa dan sekam padi ini menghasilkan asap yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi udara.
Selain melakukan sosialisasi mengenai Bio Briket, para Dosen juga memberikan alat bantu seperti mesin potong briket yang dapat digunakan pak Ewin yang awalnya adalah pengusaha gula
merah, yang diharapkan dapat mengembangkan UMKM bio briket. Dosen-dosen UMA yang melakukan pengabdian masyarakat tersebut adalah Mahliza Nasution, ST., MT (Dosen Teknik Sipil), Apip Gunaldi Dalimunthe, SP., M.Sc (Dosen Agrioteknologi) dan Muhammad Muhammad Muslim Nasution, S.Pd.I., M.Hum (Dosen Bahasa Inggris).
Serta melibatkan dua mahasiswa teknik sipil yaitu Michael Patarson Silaban dan Rospita Gultom serta mahasiswa pertanian Handis Wahyu Arsana.
Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan material yang tidak mungkin dapat digunakan menjadi nilai jual yang memiliki harga yang fantantis. Sehingga melalui program DIYA UMA dapat meningkatkan ekonomi tambahan bagi masyarakat di Desa Pegajahan.
Baca Juga: